Aktifitas Psikososial Berkesan di Mushola Pak Hafidz (Cerita dari Posko Aliansi Pulih Semeru)

 

Aktifitas Psikososial Berkesan di Mushola Pak Hafidz

Catatan kegiatan psikososial untuk anak-anak, bertempat di Kampung Kali Lengkong, 1 Januari 2022
Oleh : Erna dan Abeng (Tim Relawan Posko Aliansi Pulih Semeru)

Cerita berkesan dari kelompok anak-anak di wilayah rawan bencana menjadi pembelajaran menarik bagi Posko Aliansi Pulih Semeru. Anak, yang merupakan bagian dari kelompok rentan dalam kebencanaan, tentu memiliki cerita tersendiri saat mengalami dan merasakan peristiwa 4 Desember 2021 lalu. Guguran pekat awan Gunung Semeru kala itu meninggalkan bekas kekhawatiran mendalam di benak mereka.


Sore itu, 1 Januari 2022 Tim Relawan Posko Aliansi Pulih Semeru bertandang ke Mushola Pak Hafidz. Hujan deras dan berita tentang guguran abu yang terjadi di Desa Supiturang tak menjadi halangan tim relawan untuk bertemu anak-anak penyintas. Saat tim tiba, disambut oleh Pak Hafidz, 35 anak dan beberapa orangtua. Mushola di Kampung Kali Lengkong yang berada di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Pronojiwo tampak riuh dengan suara-suara mereka meskipun hujan masih terus turun.

Wajah ceria anak-anak yang khas itu menyapa Tim Relawan Posko Aliansi Pulih Semeru saat memasuki ruangan Mushola yang berukuran 10x10 meter yang tampak bersih terawat. Kegiatan lalu diawali dengan salam dan perkenalan yang dipandu oleh Kak Erna, salah satu anggota tim posko. Setelah berkenalan, Kak Erna memulai aktifitas dengan menawarkan beberapa kegiatan yang akan dilakukan. Dari tiga rencana aktifitas yang ditawarkan; bercerita, menulis dan menggambar, anak-anak memilih menggambar sebagai aktifitas yang ingin dilakukan.


Namun, sebelum melakukan kegiatan menggambar, Kak Yogi salah satu anggota tim relawan mengajak anak-anak bersholawat dengan iringan gitar, kajon dan tambourine. Sesi yang dipandu oleh Kak Yogi ini meskipun tampak syahdu namun menambah semangat dengan keceriaan anak-anak yang menghiasi suasana Mushola Pak Hafidz.


Mushola Pak Hafidz dari pengakuan warga, dikenal sebagai tempat berkumpulnya anak-anak di kampung ini. Baik itu anak-anak pengungsi dampak peristiwa Semeru, pun juga anak-anak lokal yang berasal dari kampung ini.

Kampung Kali Lengkong di Desa Oro-Oro Ombo boleh dibilang bukan wilayah yang terdampak langsung dan memiliki kerusakan berat dari dampak guguran awan panas tapi hujan abu tebal cukup menyisakan sesak di dada warga. Secara geografis, kampung ini tidak seberapa dekat dengan lokasi lereng Semeru. Namun, kampung ini masih menjadi wilayah administratif Desa Oro-Oro Ombo yang juga menjadi wilayah rawan bencana dalam landskap Semeru di Kabupaten Lumajang.

Dari cerita beberapa warga yang tim temui di sela-sela kegiatan psikososial, saat peristiwa 4 Desember 2021 silam, kampung ini juga mengalami gelap gulita saat awan panas bersemburat. Kurang lebih tiga puluh menit awan panas membumbung di atas Kampung Kali Lengkong. Banyak warga dari Desa Supiturang yang berlarian dan mengungsi sementara di kampung ini.

Cerita ini pun tergali dari proses kegiatan psikososial yang dilakukan oleh tim relawan Posko Aliansi Pulih Semeru pada sore itu. Dengan metode menggambar, anak-anak ini bercerita bagaimana situasi di sore guguran awan panas itu terjadi.


Metode gambar dalam proses psikososial disepakati oleh tim relawan untuk menggali persepsi anak-anak tentang situasi detail dalam peristiwa guguran awan panas yang muncul dari perspektif anak-anak. Gambar menjadi stimulan untuk mengembangkan cerita detail dari perspektif anak tentang pandangan mereka dari bencana yang tengah menimpa kampung mereka. Selain itu, aktifitas menggambar peristiwa 4 Desember lalu itu juga bisa membantu anak-anak untuk melepas beban dan rasa cemas yang mereka alami pasca bencana.

Temuan di Lapangan

Saat proses ini berlangsung, tim dari Posko Aliansi Semeru membaur dengan anak-anak. Kak Siti, sebagai salah satu anggota tim kegiatan psikososial saat itu duduk di antara beberapa anak. Rizki, salah satu anak yang berada di dekat Kak Siti mengungkapkan bahwa pada saat kejadian dia merasa takut dan bingung. Karena sore itu saat dia dan beberapa temannya sedang bermain, tiba-tiba dia melihat banyak orang berlarian ke arah kampungnya. Ungkapan Rizki nampak pada gambarnya. Dia menggambar Gunung Semeru dan tampak orang berlarian dengan panik. Namun, rasa takut yang dialami Rizky saat ini perlahan mulai pulih. Aktifitas di Mushola Pak Hafidz menjadi salah satu faktor pemulihannya.

Berbeda dengan cerita Haikal, salah seorang anak yang didampingi Kak Hilman anggota tim relawan saat menggambar. Dari penuturan Kak Hilman, Haikal dalam gambarnya membuat situasi landskap Gunung Semeru dengan hanya gambar satu pohon tanpa ada rumah penduduk. Kak Hilman belum sempat menggali detail kenapa Haikal membuat gambar seperti itu karena keterbatasan waktu. Namun disela-sela waktu menggambar, Haikal menuturkan, saat kejadian posisi dirinya jauh dari lokasi kejadian. Karena situasi awan panas yang hitam pekat, ia bersama ibunya memutuskan untuk berjalan menuju rumah neneknya. Ia berjalan dengan tenang bersama ibunya. Saat tiba di rumah neneknya, Haikal melihat sudah banyak kerumuanan pengungsi yang datang dari Desa Supiturang.


Menurut Haikal, dia dan ibunya tidak begitu panik karena kedua orangtuanya adalah guru. Dia telah dibekali beberapa pesan oleh Ayahnya untuk tidak panik meskipun saat kejadian Haikal hanya ditemani oleh ibunya karena sang ayah bekerja sebagi guru di Kota Malang. Cerita tentang peristiwa 4 Desember 2021 yang disampaikan oleh anak-anak ini melalui gambarnya tentu sangat beragam. Mereka melihat ada kepanikan warga kampung yang tampak secara langsung pada peristiwa tersebut. Mereka juga bercerita sebelum awan panas membumbung tinggi di atas kampung mereka, ada bunyi semacam suara gemuruh seperti tabuhan gong raksasa yang kemudian disambut dengan banyaknya orang dewasa yang berlarian di sekitaran kampung sebelum awan panas berwarna pekat datang menghampiri kampungnya. Kepanikan dan ketakutan yang dialami oleh anak-anak ini disebabkan karena bencana tersebut menjadi pengalaman pertama bagi mereka. Di akhir sesi, Kak Erna sempat memberikan beberapa pertanyaan terkait bencana erupsi Gunung Semeru. Lalu terdengar beberapa anak-anak ini berceloteh, “Kalau ada bencana lagi kita tidak boleh panik. Jika harus mengungsi, jalan dengan tenang dan teratur biar dan cari tempat yang aman”.

Respon Warga Dengan Kegiatan Psikososial

Saat tim relawan berproses kegiatan psikososial dengan motode menggambar pada sore itu, para orangtua memberikan respon yang positif. Ada lima orang ibu-ibu yang duduk di samping kiri Musholla yang tampak larut dalam aktifitas anak-anak mereka. bahkan dua di antara mereka ikut menggambar. “Jika diminta menggambar begini, kami pun mau” ujar salah satunya disambut tawa riang ibu-ibu yang lain.

Selepas tim relawan Posko Aliansi Pulih Semeru berpamitan, warga kampung Kali Lengkong yang mengamati dari jarak jauh di serambi rumahnya maupun yang menonton langsung di area halaman Mushola Pak Hafidz, satu per satu menghampiri tim relawan untuk bersalaman dan berterima kasih kepada tim relawan yang telah datang di kampungnya dengan membawa kegiatan positif. Menjelang akhir kegiatan, banyak warga Kali Lengkong yang berkerumun menonton kegiatan healing di Mushola Pak Hafidz.

Mereka sangat berharap agar kegiatan itu tak putus hingga hari itu. Harapan mereka agar ada kelanjutan kegiatan di lain hari, agar anak-anak di kampung mereka dapat belajar yang difasilitasi oleh tim relawan Posko Aliansi Pulih Semeru.

Pembelajaran dari kegiatan psikososial melalui metode menggambar

Dari rangkaian proses yang telah dilakukan, tim relawan Posko Aliansi Pulih Semeru menilai bahwa metode menggambar memang sangat efektif untuk menggali cerita dari pengalaman anak-anak di saat peritiwa bencana.

Menggambar, bisa menjadi stimulan dalam merangkai cerita yang ada dalam memori anak-anak di saat bencana. Dengan begitu, akan lebih menarik jika gambar yang sudah dibuat oleh anak-anak akan disempurnakan lagi pada sesi selanjutnya.

Tidak hanya itu, dalam diskusi evaluasi kegiatan ini, tim relawan Posko Aliansi Pulih Semeru memandang dengan metode kegiatan gambar, bisa menjadi pintu awal untuk menguatkan gerakan advokasi dari proses assessment melalui gambar yang dibuat oleh anak-anak.

Beberapa ide yang muncul dari anggota tim relawan dalam evaluasi kegiatan, bahwa menggambar pun akan menarik jika bisa dikembangkan menjadi pameran bersama atau menjadi pengembangan kegiatan semacam festival anak yang dipusatkan di area Mushola pak Hafidz. Karena Pak Hafidz sendiri sebagai ustad yang mengasuh anak-anak ini sangat senang dan membuka diri untuk bekerja bersama dengan tim relawan Posko Aliansi Pulih Semeru dalam berkegiatan di kampungnya.


Bagi tim relawan, metode menggambar ini menjadi awalan yang menarik dalam mendiskusikan penanganan psikososial bahkan rencana-rencana lainnya. Tim relawan merasa proses penanganan psikososial walaupun dengam memilih metode menggambar, namun merasakan kekompakan pada proses perencanaan maupun pendampingan di saat healing. Terdapat diskusi yang matang dalam perencanaan hingga evaluasi dalam kegiatan psikososial.

 

Tim Relawan Posko Aliansi Pulih Semeru yang Bertugas dalam Kegiatan

Fasilitator Utama : Erna
Co Fasilitator/ Pendamping Anak : Siti, Hilman, Octa, Amir
Fasilitator Bermain Musik : Yogi
Dokumentasi Proses : Abeng
Penyedia Logistik & Alat Belajar : Caca & Putra
Suporting Tata Kelola Keuangan : Browni