(Kilas balik) Pengembangan Monokultur Praktik Buruk Pembangunan

Kilas balik
Memperingati Hari Anti Monokultur Sedunia (2012)

Pengembangan Monokultur Praktik Buruk Pembangunan

Bersamaan dengan peringatan Hari Anti Monokultur Sedunia, WALHI mengingatkan pemerintah Indonesia akan pengalaman pahit pengembangan industri pangan melalui proyek lahan gambut sejuta hektar serta pengalaman pahit masa kolonialis liberal Hindia Belanda yang telah merusak sendi-sendi kehidupan rakyat. WALHI meminta pemerintah untuk menghentikan model pengembangan perkebunan besar monokultur yang rakus lahan karena terbukti tidak mampu memperbaiki kesejahteraan rakyat, namun justru lebih banyak memberikan dampak negatif bagi keberlanjutan lingkungan dan keselamatan rakyat.

WALHI kembali mengingatkan Pemerintah Indonesia untuk menghentikan pengembangan dan perluasan kebun-kebun monokultur skala besar, mengevaluasi monokulturisasi yang sudah berlangsung, melakukan audit menyeluruh terhadap perizinan yang sudah dikeluarkan, menyelesaikan konflik sosial yang terjadi, menghentikan praktik-praktik "pemutihan" pelanggaran Undang-undang nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, dan segera melakukan moratorium konversi hutan berbasis capaian, dengan prinsip dan kriteria yang jelas dan bukan berbatas tahun.

Sudah saatnya pemerintah Indonesia mengkaji keberadaan investasi rakus lahan dan menggantikannya dengan mendorong pengelolaan pertanian berbasis rakyat, mendorong pengelolaan kawasan hutan berbasis rakyat dan komunitas, serta mengakui, menghormati dan melindungi hak-hak masyarakat atas wilayah kelolanya untuk perwujudan pembangunan yang berkeadilan dan lestari.

Selengkapnya, silahkan klik tautan berikut ini.

# Pengembangan Monokultur Praktik Buruk Pembangunan