Pahami, Waspadai dan Telusuri Klaster Penularan COVID-19 untuk Penanganan COVID-19 Berbasis Jejaring

Koalisi Masyarakat Sipil untuk “INDONESIA BERGERAK” Melawan COVID-19
PAHAMI, WASPADAI DAN TELUSURI KLASTER PENULARAN COVID-19 UNTUK PENANGANAN COVID 19 BERBASIS JEJARING

Virus pada dasarnya tidak menyebar dengan sendirinya. Manusia, melalui pergerakan dan pertukaran droplet (percikan ludah), yang menyebarkan virus kepada orang lain. Karena itu, penelusuran jalur kontak atau contact tracing adalah salah satu pilar utama penanganan wabah COVID-19. Dengan memahami jalur kontak, kita bisa melihat pola penyebaran, kemudian berupaya menekan dan mencegah penularan lebih luas. 

Kami menghargai pengumuman pemerintah mengenai perkembangan COVID-19 setiap hari. Pengumuman yang meliputi jumlah kasus baru, jumlah meninggal, dan jumlah yang sembuh. Namun, kami berharap pemerintah juga memberi pemahaman bahwa di balik angka-angka tersebut, ada jalur-jalur kontak yang menghasilkan klaster (kelompok) penyebaran COVID-19.

Pendekatan penanganan COVID-19 seharusnya tidak semata pada titik kasus per kasus, tetapi pada jejaring (network) yang berpotensi meluaskan penyebaran COVID-19. 

Koalisi Masyarakat Sipil “Indonesia Bergerak” berinisiatif mengumpulkan data penelusuran kontak dan klaster ini. Kami menggunakan data dari berbagai sumber, termasuk data dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, media, dan data crowd sourcing dalam LaporCovid19.org. Semua data yang terkumpul dicek bersama-sama oleh penggiat data Universitas Singaperbangsa, Karawang, penggiat data Digital Analog Institute, U Inspire, dan penggiat data dan crowd sourcing independen.

Dalam pendataan, kami memperhitungkan beberapa faktor, yakni:

Pertama, kecepatan identifikasi, waktu inkubasi virus SARS-COV2, penyebab COVID-19, adalah 14 hari sehingga perlu mengikuti perkembangan klaster dalam kurun masa inkubasi tersebut; 
Kedua, dimensi klaster, berbagai pertemuan diikuti ratusan, bahkan ribuan orang, dan berlangsung berhari-hari. Intensitas pertemuan ini akan menentukan dampak klaster;
Ketiga, validitas, melibatkan pengecekan dengan berbagai pihak, kerja kolektif atau crowd sourcing;
Keempat, artikulasi data, yakni pentingnya memaknai data yang ada dalam konteks rantai penularan COVID-19. 

Pendataan, penelusuran kontak, dan pemetaan klaster ini menghasilkan kesimpulan bahwa ada beberapa provinsi (data terlampir) yang perlu meningkatkan kewaspadaan. Dengan masa inkubasi 7 sampai 14 hari, berbagai klaster yang ada di beberapa provinsi ini diperkirakan akan menampakkan hasilnya dalam 1-2 pekan ke depan.   

Selain data-data klaster, Indonesia Bergerak juga mengingatkan pemerintah pusat dan daerah untuk juga mencermati dan tanggap terhadap dua informasi berikut: (1) datangnya warga negara Indonesia dari luar negeri secara bergelombang, baik secara kelompok maupun perorangan ke berbagai wilayah; (2) masuknya tenaga kerja asing dan domestik ke sektor-sektor industri pertambangan dan perkebunan kelapa sawit yang juga berpotensi penyebaran virus. 

Kami memahami bahwa data yang kami susun memiliki banyak kekurangan. Namun, kami yakin, di masa pandemi yang bergerak cepat, data yang sempurna tak akan bisa terkumpul. Kita berlomba dengan waktu. Berdasarkan hal tersebut 

Indonesia Bergerak berharap data tidak berhenti sebagai angka-angka bisu. Data yang terkumpul harus menjadi pengetahuan dan bisa dijadikan dasar untuk tindakan antisipasi yang dibutuhkan untuk memutus rantai penularan COVID-19. Untuk itu kami mendesak pemerintah dan pemerintah daerah untuk:

  1. Mempercepat penelusuran terhadap para warganya yang tergabung dalam setiap klaster untuk memastikan bahwa para warga tersebut tidak terjangkit COVID-19 
  2. Menyusun SOP tentang karantina, termasuk bagi warga yang baru datang dari luar daerah untuk melakukan karantina mandiri atau di tempat yang disediakan pemerintah dan melakukan sosialisasi SOP secara luas 
  3. Menyediakan ruang karantina bagi warga yang tidak memungkinkan untuk melakukan karantina mandiri
  4. Melakukan penanganan COVID-19 tidak hanya berbasis titik kasus per kasus melainkan juga dengan pendekatan jejaring (network) yang berpotensi meluaskan penyebaran COVID-19 

Jakarta, 11 April 2020 
Jaringan Masyarakat Sipil untuk Indonesia Bergerak 

Kontak Person: 
Nur Hidayati – WALHI (0813 1610 1154)
Sri Palupi – Ecosoc Institute (0813 1917 3650)
Monica Tanuhandaru (0815 1902 7839)
Alissa Wahid – Jaringan Gusdurian (0812 2627 2829)
Trinirmalaningrum – Perkumpulan Skala (0817 6716 970)

--------------------------------------------------------------------------------

LAMPIRAN

Data selengkapnya bisa diamati di laman https://public.tableau.com/profile/irendra#!/vizhome/Indonesia_Covid19_Cluster_Province_20200408/BarChart_No_Cluster_Province

Data provinsi dan jumlah klaster: 

DKI JAKARTA, dengan 21 klaster.
Kami mendapati bahwa pola penyebaran klaster di DKI lebih berupa pertemuan dan aktivitas sehari-hari, seperti rapat di kantor, bertemu di kafe, kerumunan antrean transportasi. 
Sebagai kota yang menjadi melting pot, tempat pertemuan orang dari berbagai daerah, penularan di Jakarta berlangsung cepat yang tampak dari banyaknya kasus yang dilaporkan di DKI Jakarta. 

PROVINSI JAWA BARAT, dengan 34 klaster.
Jawa Barat memiliki paling banyak klaster dibanding provinsi lain. Hal ini kemungkinan terjadi Wilayah Jawa Barat memang luas dan memiliki area yang nyaman digunakan untuk pertemuan besar. Beberapa klaster terjadi pada akhir Februari dan minggu kedua Maret, yakni: 
2.a. Pertemuan Sinode GPIB, 26-29 Februari 2020, Hotel Aston, Bogor, diikuti 700 peserta dari berbagai daerah di Indonesia. 
2.b. Seminar Gereja Bethel Indonesia, Bandung, 3-5 Maret 2020, diikuti 2.000 peserta. Dalam tes cepat yang diselenggarakan Pemprov Jabar, ada 226 peserta yang positif COVID-19. 
2.c. Seminar Masyarakat Tanpa Riba, Hotel Darmawan Parak, Sentul, Bogor, 25-28 Februari 2020. 
2.d. Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa), Lembaga Pendidikan Kepolisian, Sukabumi.  Dalam tes cepat, terdeteksi 300 dari 1.500 siswa Setukpa positif COVID-19.

PROVINSI JAWA TIMUR, dengan 20 klaster.
Klaster utama yang ada di Jawa Timur adalah Pelatihan Petugas Haji Kanwil Jatim Surabaya, 9-18 Maret 2020, dengan 415 peserta. Telah ada 4 peserta pelatihan yang meninggal dan belasan orang yang positif COVID-19, tersebar di berbagai kota di Jawa Timur.  

PROVINSI SULAWESI SELATAN, dengan 5 klaster.
Meskipun sudah dibatalkan oleh panitia, tapi diperkirakan ada 8.000 peserta masih berdatangan dari berbagai daerah, bahkan dari luar negeri. Belakangan, Dinas Kesehatan Kaltim, melaporkan ada 6 peserta ijtima ulama yang positif corona. 
Dari Semarang juga diberitakan, ada empat ODP yang adalah peserta ijtima ulama di Gowa. Lalu, di Lombok, NTB, diberitakan seorang peserta ijtima ulama di Gowa positif terinfeksi virus corona. Bahkan, dari Thailand juga dikabarkan ada 42 peserta ijtima ini yang positif COVID-19. 
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan perlu lebih mewaspadai rantai penularan dalam klaster Gowa ini.