Menelisik Potensi Usaha di Sekitar Rumah

Sahabat WKR, Kali ini kita mencoba untuk menelaah lebih detail tentang potensi yang ada untuk dijadikan salah satu ladang usaha tambahan di sekitar rumah, sebelum kita “termakan” oleh banyak informasi dan promosi di banyak media tentang potensi beberapa jenis usaha yang sudah dijalankan oleh seseorang dan atau sekelompok orang  lain. Penekanan ini menjadi penting, karena sudah banyak “korban” yang mencoba mengikuti jejak kesuksesan orang lain dan kemudian gagal hanya karena terbius oleh manisnya pemberitaan media. Beberapa contoh pemberitaan yang pernah  membius banyak masyarakat/ petani di kampung diantaranya; budidaya bunga gelombang cinta (anthorium), budidaya cacing lumbricus rubellus  dll. Dalam bahasan ini tentu saja bukan untuk menyalahkan pemberitaannya, yang mau ditekankan adalah bagaimana merespon pemberitaan terkait dengan potensi usaha yang dapat dilakukan oleh masyarakat serta bagaimana merancang usahanya dengan mengacu pada prasyarat dasar untuk memulai usaha sehingga tidak terjebak pada buaian keuntungan semata. Para start-up yang kemudian sukses dan menjadi sumber pemberitaan tersebut tentu saja sudah mengalami fase jatuh-bangun dalam menjalankan usaha sampai menemukan titik keseimbangannya, nah fase inilah yang kemudian banyak hilang dalam sejumlah pemberitaan dan luput juga dari bacaan para followernya. Lalu bagaimana persiapan yang harus dilakukan sebelum memulai menjalankan usaha? Menjawab pertanyaan ini, mari kita telisik terlebih dahulu (assesment) melalui 4 (empat) pernyataan pemandu sebagai berikut:

  1. Kenali potensi komoditi yang ada di sekitar kita

Di tengah dinamika ekonomi global yang bergerak fluktuatif serta tentu saja  berimbas pada perkembangan ekonomi lokal, banyak masyarakat yang ingin segera menuntaskan permasalahan ekonomi keluarganya dengan membangun usaha yang cepat mendatangkan keuntungan. Keinginan tersebut tentu saja merupakan modal dasar yang sepatutnya dimiliki oleh seseorang atau masyarakat yang ingin melakukan perubahan. Dan cara yang paling banyak memberikan inspirasi usaha tersebut biasanya berangkat dari publikasi/informasi baik yang murni sekedar informasi atau informasi yang sudah disusupkan oleh kepentingan menjual produk (iklan) tertentu tetang kesuksesan seseorang dan atau sekelompok orang. Hebohnya pemberitaan tersebut berpadu dengan keinginan kuat untuk melakukan perbaikan ekonomi keluarga ini membuat banyak calon wiraswasta tidak berfikir panjang untuk langsung mengikutinya. Ketergesaan inilah kemudian yang banyak menjebak petani/pembudidaya, karena dalam perjalanannya banyak ditemui kendala baik keberlanjutan bahan baku/bibit, ketersediaan pakan serta pasar yang sering kali terlalu jauh dari lokasi usaha sehingga membuat cost transportasi membengkak. Karenanya menjadi penting bagi kita yang ingin memulai usaha untuk menelisik terlebih dahulu tentang potensi komoditi yang ada di sekitar kita atau di sekitar wilayah perkampungan/desanya, karena terkadang kita banyak memikirkan komoditi yang diperlukan orang yang jauh dari kampung sendiri, sedangkan kebutuhan keseharian masyarakat di wilayah  sendiri justru harus didatangkan dari wilayah yang jauh dan bahkan sangat jauh. Beberapa keuntungan jika komoditi yang dibudidaya/diusahakan adalah komoditi potensial yang ada di wilayah sendiri diantaranya:

  1. Tidak memerlukan adaptasi lingkungan lanjutan, karena yang akan diusahakan adalah komoditi yang sudah ada dan atau hidup di wilayahnya. Sehingga tingkat mortalitas (kematian) atau kegagalan karena faktor lingkungan dapat ditekan.
  2. Tidak repot dengan keberlanjutan suplai bahan baku/benih. Karena komoditinya sudah ada di wilayah sendiri. Kita tinggal mengupayakan mengorganisir penyuplai bahan baku atau benih dengan membangun siklus tanam/budidaya antar petani/pembudidaya penyuplai.
  3. Cost transportasi dapat diminimalisir karena tidak perlu mendatangkan dari jauh, sehingga keuntungan dapat dimaksimalkan.

Dalam menelisik potensi yang ada di wilayah sendiri diharapkan juga tidak terjebak oleh trend budidaya yang sudah berkembang diluar, poin pentingnya adalah kumpulkan dahulu semua informasi tentang potensi yang ada di wilayah sendiri, setelah semua potensi tersebut terdokumentasi baru nanti dipilah dan dipilih yang cocok untuk diusahakan. Beberapa contoh yang mungkin tidak terfikirkan sebelumnya dan komoditi tersebut ternyata dibutuhkan sebagai pendukung dari komoditi utama yang dibudidayakan oleh seseorang diantaranya; cacing kalung atau dalam bahasa ilmiahnya Pheretima aspergillu, telah dipercaya oleh masyarakat Indonesia tentang keampuhannya menyembuhkan penyaki Tifus. Dari 1800 spesies cacing (piogama.ugm.ac.id), hanya dua spesies cacing yang sering dijadikan obat tradisional, Yaitu Cacing Eropa atau Introduksi (Lumbricus rubellus) dan Cacing Kalung atau Long(Pheretima aspergillum). Cacing kalung ini banyak terdapat di sekitar wilayah pemukiman warga, selain sebagai sumber herbal tradisional juga memiliki potensi sebagai sumber protein untuk pakan hewan ternak, untuk membudidayakannya sangat mudah dan tidak membutuhkan modal besar. Contoh lain adalah kutu air  baik jenis daphnia atau moina yang juga banyak ditemukan disekitar kita, ternyata hewan ini adalah sumber pakan utama para pembudaya pembenihan ikan (memiliki kandungan protein 37 – 42 %)  selain cacing sutra maupun artemia yang harus diimpor dan harganya sangat mahal.

  1. Kenali potensi konsumen yang ada dalam radius pantau kita

Pertanyaan yang sering kita dengar ketika orang akan memulai usaha adalah tentang kepastian pembeli (pasar) dari komoditi hasil budidaya, pertanyaan yang lumrah namun dapat juga menjebak pembudidaya untuk tidak bergerak dan atau kecewa karena mendapatkan pasar yang tidak ideal. Hal penting yang harus diketahui oleh pembudidaya adalah bahwa pasar biasanya akan datang ketika komoditinya sudah ada, kuantitinya secara keekonomian mencukupi serta keberlanjutan suplainya terjaga. Pembeli ( Pasar) jarang yang mau mengambil resiko dengan membuat ikatan jual-beli  lebih dini, kalaupun ada biasanya kerjasama yang harga dan standar kualitas yang sudah ditentukan oleh pembeli, seperti kerjasama petani cabe atau tomat  dengan produsen sambal kemasan dll. Ada satu pengalaman yang terjadi di wilayah pubabu timor tengah selatan, mereka adalah salah satu penghasil asam merah terbaik di wilayah NTT. Mereka banyak terpaku pada pasar yang jauh dari wilayah mereka yakni surabaya, karena kebetulan pembeli yang biasa masuk ke wilayah mereka berasal dari surabaya. Pada kenyataannya  masyarakat di sekitar wilayah pubabu sendiri banyak membeli asam kemasan di warung-warung yang disuplai dari perusahaan di surabaya dan mereka juga sering kesulitan untuk mendapatkan asam kemasan untuk kebutuhan dapur pada bulan-bulan tertentu karena suplai terbatas. Nah agar kejadian tersebut tidak terulang, maka penting bagi kita yang akan memulai usaha untuk melihat dan melist apa saja komoditi yang banyak dibutuhkan baik untuk dikonsumsi langsung oleh masyarakat maupun sebagai pendukung usaha mereka.  Mulailah berjalan ke kampung-kampung sekitar untuk hanya sekedar melihat situasi serta mendapatkan input yang mungkin akan bermanfaat dalam merencanakan usaha kita. Kupulkanlah seluruh informasu tersebut untuk kemudian disinkronkan dengan list komoditi potensial yang sudah kita dapatkan sebelumnya. Contoh dalam melakukan analisis situsi kebutuhan konsumsi masyarakat, datangilah warung-warung yang ada di kampung sendiri dan kampung-kampung sekitar, apa saja komoditi yang banyak dijual dan darimana diproduksi. Adakah dari produk yang dijual tersebut bahan bakunya tersedia bahkan melimpah di kampung? Jika bahan bakunya banyak tersedia, artinya kita hanya perlu mempelajari teknik pembuatan yang kualitasnya mendekati produk yang dijual di warung-warung. Kripik singkong yang banyak dijual di warung-warung di kampung ternyata banyak diproduksi oleh perusahaan yang lokasinya sangat jauh, padahal bahan bakunya banyak terdapat di kampung. Sangat memungkinkan sekali jika masyarakat bisa menggantikan kripik singkong  made in perusahaan dengan made in home industry kampung sendiri.

  1. Pelajari standar dasar pelaksanaan budidaya atau usaha dari komoditi yang dipilih

Satu catatan yang sering kita temui dalam melihat proses produksi di komunitas adalah “lemah dan lambatnya kreatifitas dalam mengembangkan produk dan proses produksinya”. Situasi ini bisa disebabkan oleh kebiasaan yang dikerjakan secar turun temurun dan adanya kekhawatiran akan kegagalan untuk mencoba teknik dan jenis komoditi diluar kebiasaannya, atau mungkin juga ada sebab lain yang berkaitan dengan aspek sosial budaya. Teknik SRI (system rice intensification) dalam methode budidaya padi yang sudah dikembangkan cukup lama dan banyak bukti dapat meminimalkan cost produksi serta mampu menghasilkan produk yang lebih baik, ternyata belum bisa merubah secara massif kebiasaan petani yang bertani secara konvensional dengan mengandalakan banyaknya benih dan suplai pupuk serta pestisida kimia dalam jumlah yang melebihi takaran normal. Jika pilihan komoditi serta target konsumennya sudah ditetapkan, maka langkah yang perlu disiapkan sebelum memulai usaha adalah mempelajari teknik produksi atau budidaya secara tuntas, untuk mempelajarinya tentu bukan sesuatu yang susah diera teknologi informasi saat  ini. Yang perlu diperhatikan adalah informasi yang dikumpulkan harus kita ambil dari berbagai sumber, agar kita mendapatkan beragam input untuk bahan perbandingan dan mendapatkan methode yang sesuai dengan kapasitas dan lingkungan sendiri. Termasuk dalam proses mempelajari tekninya ini adalah apa saja kebutuhan pendukung yang penting selama proses produksi/ budidaya ini berjalan. Contoh pencarian informasi terkait teknik produksi dari komoditi kripik: a). Apa saja bahan yang dibutuhkan; b). Bagaimana proses produksinya; c) bagaimana teknis membuat kripik yang kriuk dan lebih tahan lama; d) apa saja pilihan bumbu yang paling banyak disukai konsumen dan bagaimana teknik pemberian bumbunya; e) kemasan seperti apa yang biayanya murah namun disukai konsumen dll.

  1. Mulailah usaha dengan memaksimalkan sumber daya yang ada di sekitar kita

Langkah terakhir tentu saja tahap pelaksanaan dari rencana usaha, untuk memulainya ada baiknya kita mulai dari skala kecil terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengalaman empirik terlebih dahulu sehingga kita bisa mengukur dengan lebih cermat ketika masuk pada fase pengembangan produksi. Maksud lain dari proses ini adalah agar masyarakat tidak langsung shock ketika mengalami kegagalan baik dalam proses produksi maupun dalam mendapatkan partner pebeli yang ideal. Sudah gak tahan untuk memulai berwiraswasta...?? ayo coba kita kenali dulu potensi yang ada di sekitar kita, yakinlah bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan segala daya dukung ekosistemnya. Bacalah situasi lingkungan kita lebih dalam lagi, pasti akan kita temukan sesuatu yang potensial dan terkadang diluar yang kita prediksi sebelumnya. Salam Farid