Friends of the Earth International memuji meningkat pesatnya dukungan, minat dan mobilisasi di Jenewa pekan ini

Friends of the Earth Internasional Friends of the Earth International memuji meningkat pesatnya dukungan, minat dan mobilisasi di Jenewa pekan ini (24-28 Oktober 2016), selama perundingan yang bertujuan menciptakan perjanjian baru dan pertama kalinya tentang perusahaan transnasional (TNC) dan hak asasi manusia [1]

Terciptanya serangkaian aturan-aturan internasional yang mengikat akan berdampak kuat bagi korporasi raksasa dunia, dengan mewajibkan mereka menghormati hak asasi manusia yang tak pernah diharuskan atas mereka sebelumnya [2]. “Perjanjian ini bertujuan menjadi aturan mengikat guna mengendalikan perilaku perusahaan transnasional dan rantai pasokannya. Fakta bahwa banyak negara – yang dipimpin Afrika Selatan dan Ekuador – menyuarakan dukungan tegas terhadap aturan mengikat secara hukum, menciptakan momentum tepat untuk negosiasi ambisius dan berdampak luas,” kata Lucía Ortiz, dari Friends of the Earth Brazil dan koodinator program Keadilan Ekonomi Melawan Neoliberalisme, Friends of the Earth International. FoEI senang dengan meningkatnya jumlah negara -termasuk Uni Eropa dan negara-negara anggotanya – berpartisipasi dalam pertukaran pandangan yang positif dan konstruktif bersama organisasi masyarakat sipil, pengacara dan lain-lain.

Anggota FoEI telah menyerukan pemerintah negara mereka terlibat dalam proses penting ini, yang dapat menciptakan peluang bersejarah bagi keadilan dan mengakhiri impunitas perusahaan. Anne van Schaik, dari Friends of the Earth Eropa mengatakan, “Kami puas melihat Uni Eropa dan beberapa negara anggota akhirnya hadir di ruang perundingan ini, guna menanggapi tuntutan 90.000 warga Eropa yang menuntut mereka terlibat dalam menciptakan sebuah Perjanjian yang menempatkan hak asasi manusia di atas kepentingan perusahaan. “Namun,” lanjutnya, “kami berharap mereka berperan lebih aktif dalam perdebatan, dan lebih siap, tapi setidaknya mereka hadir. Sekarang mereka mesti fokus berkolaborasi dengan masyarakat sipil dan masyarakat terdampak di seluruh dunia, untuk memulai menyusun elemen nyata menuju Perjanjian yang kuat dan efektif. “ Perjanjian ini juga akan menjadi tandingan tajam dan mendesak terhadap kampanye perdagangan ‘bebas’ dan perjanjian investasi yang kian kontroversial, yang mengutamakan hak-hak korporasi transnasional dengan mengorbankan masyarakat dan lingkungan, dan bahkan memungkinkan mereka menuntut negara secara langsung lewat pengadilan rahasia [3]. Pembicaraan di Jenewa minggu ini juga penting untuk mobilisasi masyarakat sipil yang kuat dan terus bertumbuh, [4] dengan banyaknya masukan resmi dari masyarakat terdampak di seluruh dunia: kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia oleh perusahaan seperti Shell, Vale, dan Jindal Afrika disampaikan kepada pemerintah. Anggota jaringan global FoEI secara resmi memberikan kontribusi sepuluh presentasi dan intervensi rinci [5]. “Lebih dari seratus orang aktivis dari 29 negara hadir pada sesi di Jenewa ini-gerakan menuntut perjanjian mengikat yang menempatkan hak asasi manusia di atas keuntungan korporasi terus menggelinding bak bola salju.

Kekuatan masyarakat sipil sangat menonjol dalam kegiatan publik di luar ruangan, serta di dalam ruangan di mana intervensi dan usulan kuat tentang isi perjanjian disusun. Kami juga menyampaikan solidaritas terhadap rakyat Brazil melawan pemerintahan tidak sah saat ini di Brazil,” ujar Lucia Ortiz. Friends of the Earth International menantikan tahap berikut dari proses penting ini, di mana Ekuador, sebagai Ketua, akan memulai proses negosiasi formal. Kami berharap ada keterlibatan lebih luas dari semua pemerintah di PBB -terutama dengan lebih banyak negara dari Afrika, Asia, Amerika Latin dan Karibia- berjuang mendapatkan manfaat dari mekanisme yang akan meningkatkan kemampuan mereka mengontrol kegiatan korporasi transnasional, terutama di mana ancaman dan kriminalisasi pemimpin gerakan membela hak-hak dan wilayah mereka dari perampasan perusahaan telah menyebabkan eskalasi kekerasan luar biasa. Selain itu, juga penting untuk terus menolak upaya kalangan korporasi menghambat proses dan melemahkan target perundingan, termasuk membatasi partisipasi perusahaan dalam negosiasi karena adanya konflik kepentingan. (selesai) [2] For a wide range of related information materials including newsfeed, background and policy-focused documents, and videos, please see: http://www.foei.org/what-we-do/UN-treaty-on-TNCs.

For FoEI’s formal submission to the second session of IGWG, which addresses the scope and potential content of the Treaty, including a focus on TNCs and supply chains, access to justice and remedy for victims, and a call for a World Court on TNCs and Human Rights, see: http://www.foei.org/wp-content/uploads/2016/10/UN-Treaty-TNCs-submission-English.pdf Benih telah disemaikan minggu ini: kita mesti terus menumbuhkan dan memelihara Perjanjian ini, agar memberinya kekuatan -aturan dan mekanisme pelaksanaan yang efektif- guna membatasi dan mengendalikan bisnis besar, dan mencegah serta menghukum pelanggaran hak asasi manusia oleh perusahaan raksasa dunia .

Informasi lebih lanjut dan contact: Lucía Ortiz, Co-coordinator, FoEI Economic Justice-Resisting Neoliberalism Programme +55 48 99150071, lucia[at]foei.org Languages: Portuguese, English and Spanish Anne van Schaik, Economic Justice International Programme Coordinator, Friends of the Earth Europe +31 6 24343968, anne.vanschaik[at]foeeurope.org Languages: Dutch, English and Spanish Khalisah Khalid, Head of campaign and network department, Friends of the Earth Indonesia/WALHI +62813 11187 498, sangperempuan[at]gmail.com Languages: Bahasa Indonesia and English Alberto Villarreal, Trade and Investment Campaigner, Friends of the Earth Latin America & Caribbean +598 98556360, comerc[at]redes.org.uy Languages: Spanish, English Ronnie Hall, media contact, ronnihall[at]gmail.com +44 7967 017281 More information: www.foei.org/what-we-do/UN-treaty-on-TNCs and http://www.radiomundoreal.fm/semana-de-movilizaciones-en Images from IGWG sessions on TNCs Catatan untuk editor [1] Saat ini ada kesenjangan dalam arsitektur hukum internasional di mana perusahaan-perusahaan transnasional tidak dapat dituntut secara langsung atas pelanggaran hak asasi manusia. Ini merupakan subyek diskusi dalam the Open-ended Intergovernmental Working Group/IGWG tentang Perusahaan Transnasional dan Perusahaan lainnya yang Menghormati Hak Asasi Manusia, yang bertemu untuk kedua kalinya di Jenewa pekan ini.

Untuk informasi lebih lanjut lihat: http://www.ohchr.org/EN/HRBodies/HRC/WGTransCorp/Pages/Session2.aspx [2] Untuk berbagai bahan informasi terkait termasuk newsfeed, latar belakang dan dokumen kebijakan, serta video, lihat: http://www.foei.org/what-we-do/UN-treaty-on-TNCs. Untuk pengajuan resmi FoEI pada sesi kedua IGWG, yang membahas lingkup dan isi Perjanjian, termasuk fokus pada TNC dan rantai pasokannya, akses terhadap keadilan dan pemulihan bagi korban, serta tuntutan atas Pengadilan Internasional terhadap TNC dan HAM, lihat: http://www.foei.org/wp-content/uploads/2016/10/UN-Treaty-TNCs-submission-English.pdf [3] Sebagai contoh, di Eropa -termasuk karena perhatian publik tentang pengadilan rahasia yang menguntungkan kepentingan perusahaan- negosiasi tentang Perdagangan dan Kemitraan Investasi Transatlantik (TTIP) akhirnya terhenti (untuk informasi lebih lanjut lihat: http: // www.euractiv.com/section/trade-society/news/germany-says-ttip-dead-in-the-water/); negosiasi serupa tentang Perjanjian Ekonomi dan Perdagangan Komprehensif antara Kanada dan Uni Eropa juga terhenti pada tahap ratifikasi (untuk lebih detail lihat: http://www.foeeurope.org/Belgium-CETA-deal-challenges-corporate-courts-in -penawaran-perdagangan). [4] FoEI adalah peserta aktif dalam Kampanye Membongkar Kekuasaan Perusahaan dan Perjanjian Aliansi berbagai organisasi masyarakat sipil. [5] Para peserta FoEI berikut memberikan masukan resmi dalam sesi kedua IGWG, dan dapat dihubungi setiap saat untuk informasi lebih lanjut: Lucia Ortiz, Friends of the Earth International:

Pernyataan pembuka tentang harapan Friends of the Earth Internasional untuk perundingan minggu ini. Ricardo Navarro, Friends of the Earth El Salvador / CESTA: Sekilas pelanggaran sistematis Hak Asasi Manusia dan kejahatan lingkungan oleh TNC – Contoh dari Amerika Tengah Juliette Renaud, Friends of the Earth Perancis / Amis de la Terre: Contoh legislasi nasional Perancis – kasus UU “devoir de vigilance” (kewajiban melindungi) Apollin Koagne Zouapet, Friends of the Earth Kamerun / CED: Kebutuhan Perjanjian mendatang untuk menyertakan kewajiban ekstrateritorial negara untuk memenuhi perlindungan korban, aktivis lingkungan, aktivis hak asasi manusia dan whistleblower (pelapor pelanggaran). Khalisah Khalid, Friends of the Earth Indonesia / WALHI: Kebutuhan Perjanjian mendatang untuk mencakup seluruh rantai pasokan TNC serta pemodal mereka – kasus Wilmar dan Bumitama di Indonesia Syeda Rizwana Hassan, Friends of the Earth Bangladesh / BELA: Studi Kasus – impunitas industri shipbreaking (pemotongan kapal) di Bangladesh Godwin Ojo, Friends of the Earth Nigeria / ERA: Kesulitan yang dihadapi dalam mengajukan tuntutan hukum terhadap TNC – contoh Shell di Nigeria Anne van Schaik, Friends of the Earth Eropa: presentasi Panel tentang ruang lingkup Perjanjian Arturo Pablo Juan, Friends of the Earth Guatemala / CEIBA: kesenjangan dalam pencarian dan akses terhadap keadilan – kasus Hidralia di Guatemala Gizela Zunguze, Friends of the Earth Mozambik / JA !: kurangnya akses terhadap keadilan – contoh Vale dan Jindal di Mozambik